Pada tahun 1978, INS Kayutanam menerima bantuan dari Presiden Republik Indonesia yang kemudian digunakan untuk merehabilitasi gedung-gedung sekolah dan pembangunan sarana pendidikan berupa kolam perikanan, pertanian, dan perkebunan. Oleh karena itu, fokus Engku Mohammad Syafei adalah menyelenggarakan kursus-kursus singkat untuk menunjang pembangunan kembali Indonesia setelah perang revolusi kemerdekaan. Karena tanah sewaan kampus INS saat itu dirasakan sudah sempit, maka di tahun 1936 mulailah proses pemindahan dari tanah sewaan ke tanah milik sendiri yang baru dibeli itu. Pada tahun 1939 untuk keperluan pelajaran pekerjaan tangan telah dibangun pula ruangan musik, sandiwara, menggambar, ruang bertenun, poliklinik, dua ruang bertukang kayu, ruang pekerjaan anyaman, ruang pekerjaan tanah liat, pertukangan besi, tungku pembakaran bata dan keramik serta delapan ruang kelas baru. Siswa Ruang Rendah belajar sekali sehari, kecuali saat mereka sudah duduk di kelas enam mereka masuk dua kali sehari, pagi dan petang. Talenta kewirausahaan, merupakan kegiatan terstruktur termasuk ke dalam kurikulum talenta SMA INS, dilaksanakan dua kali seminggu, pesertanya berasal dari pilihan talenta yang diambil siswa.
Tujuan utama dari software ERP sendiri adalah untuk memfasilitasi arus informasi dalam perusahaan sehingga bisa diambil keputusan sesuai dengan data yang ada. Perubahan besar dalam model pendidikan INS Kayutanam adalah dengan ada nya keputusan dari para pengurus Badan Wakaf Ruang Pendidik INS Kayutanam pada tahun 1977 untuk mendaftarkan Ruang Pendidik INS Kayutanam ke dalam sistem pendidikan nasional sebagai bagian dari satuan pendidikan formal. Madrasah Aliyah (MA) adalah Pendidikan Menengah yang berbasis pada pengembangan potensi akademik dan spiritual keagamaan. Selain itu, perkembangan pesat di masa ini juga terlihat dari kegiatan dan prestasi non akademik INS di bidang olah raga dan kesenian. Menteri Pendidikan dan Pengajaran waktu itu, Prof. Selain itu, Inyiak Ibrahim Marah Sutan dan Anduang Chalijah banyak membantu pembiayaannya. Mengingat penting nya lokasi dan fasilitas yang ada di sekolah INS Kayutanam, agar kompleks sekolah tidak jatuh ke tangan Belanda maka Engku Mohammad Syafei mengizinkan surat permohonan dari tentara republik untuk membumihanguskan kompleks INS Kayutanam walau pun mendapat tentangan dari Anduang Chalijah.
Apabila di masa lalu pahlawan adalah mereka yang memagang tombak dan pedang untuk berjuang meraih kemerdekaan, maka sekarang pahlawan adalah mereka yang mau membayar pajak untuk menjaga eksistensi dari negara ini dan juga mereka yang mau berkarya agar bangsa ini diakui dan dihormati oleh bangsa lain. Orang-orang Minangkabau berlayar ke Mekah tidak hanya untuk menunaikan ibadah haji semata sebagai bagian dari tuntunan agama, tapi untuk belajar ilmu-ilmu keislaman langsung di tanah kelahiran Islam. Pendirian INS Kayutanam mendapat sokongan penuh dari kedua orang tua angkatnya, Engku Ibrahim Marah Sutan dan Anduang Khalijah. Sayangnya tidak diketahui siapa saja, kapan, dan lokasi tepatnya pengambilan foto. Sarino Mangoenpranoto. Pembangunan kembali INS waktu itu dilakukan dengan mendirikan ruang belajar sederhana melalui gotong royong masyarakat sekitar Nagari Kayutanam. Tidak berapa lama, Belanda kembali berusaha merebut kemerdekaan republik yang umur nya masih lagi muda dengan melancarkan aksi-aksi militer. INS Kayutanam turut menjadi sasaran pada waktu itu dan proses pendidikan di INS Kayutanam kembali terhenti. Engku Mohammad Syafei ikut dengan gerakan PRRI karena yakin dengan prinsip nya bahwa PRRI hadir sebagai kritik terhadap pengaruh komunisme di tubuh Pemerintah Pusat waktu itu.