Berfokus Pada Peningkatan Aplikasi Manufaktur Dan Inventaris

Mereka menjadi pelaut yang berani dan contoh aplikasi sistem informasi manufaktur pedagang yang ulet. Angkatan perang Majapahit mengarungi samudera dengan gagah perkasa sehingga tidak ada negara sekitarnya yang berani melanggar kedaulatan Majapahit. Jika Anda menyukai informasi ini dan Anda ingin menerima lebih banyak informasi tentang software jasa emkl forwarding mohon Anda untuk mengunjungi situs web kami. Jelas bahwa perkembangan masyarakat itu mendapatkan banyak pengaruh asing dan membentuk ciri-ciri yang khas pula bagi perkembangan negara atau kerajaan pada abad itu. Angkatan Laut Sriwijaya ditempatkan di pangkalan-pangkalan untuk mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang yang berlabuh, memungut bea cukai dan membinasakan setiap usaha pelanggaran yang dilakukan oleh kapal-kapal niaga asing. Mungkin juga oleh karena agamanya yang berlainan dengan Majapahit, raja Pasai itu agak segan menyatakan ketaatannya pada Majapahit. Namun sejak tahun 1854, terdapat sejumlah pernikahan yang ditulis di dalam buku catatan dari sejumlah kapal. Juga jika dibandingkan besarnya kapal-kapal dagang Indonesia yang berukuran 60 ton dengan satu di antara kapal Belanda yang pertama berlabuh di Banten (50 ton) ternyata tidak kalah.

Tidak dapat dipungkiri bahwa hubungan antar suku-suku bangsa itu sendiri dari migrasi pertama sampai gelombang yang terakhir dalam perkembangan kehidupan antar pulau dari suku-suku bangsa Indonesia selalu dilaksanakan dengan pegamalan dari pertumbuhan teknologi menguasai lautan walaupun dia bersifat secara sederhana didorong oleh mempertahankan keutuhan dari suatu kelompok masyarakat maupun disebabkan oleh perkembangan dari kebutuhan untuk saling mengembangkan kehidupan dan melepaskan diri dari isolasi lingkungan sendiri atau penguasaan daerah lain. Raden Wijaya sebagai raja pertama Majapahit merintis jalan bagi kebesaran Majapahit. Perubahan situasi Poleksos di Indonesia bagian barat akibat kegagalan armada gabungan Demak dan Aceh Merebut Malaka, pentingnya kedudukan Selat Sunda dan peranan Banten sebagai penyinggahan kapal-kapal yang berlayar melalui Samudera Indonesia/Hindia serta langsungnya Portugis mengambil rempah-rempah ke Maluku akibat pemboikotan pedagang-pedagang Islam atas Bandar Malaka membuat target politik pertahanan dan Keamanan Raden Patah berubaah. Menurut I Tsing yang pernah berlayar dari negeri asalnya ke India dengan singgah di Palembang sangt banyak memakan waktu, sehingga ia telah membuat suatu catatan mengenai lamanya pelayaran dari satu tempat ke tempat lainnya : seperti dari Palembang ke Kanton memakan waktu 30 hari, dari Palembang ke Jambi melalui laut 15 hari, dari Kambi ke Kedah (Pantai Barat semenanjung Malaka) 15 hari, dari Kedah ke Negapatam (pantai barat daya India Selatan) 30 hari, dari Negapatam ke Ceylon 2 hari.

Secara sepintas lalu dapatlah disampaikan bahwa dengan adanya migrasi dari zaman ke zaman serta perpindahan nenek moyang dari satu pulau ke pulau lain disebabkan karena adanya gelombang baru maka dapatlah dipastikan bahwa perpindahan itu selalu dilaksanakan melalui laut, terkecuali pendesakan suku-suku bangsa dari pantai ke pedalaman sampai ke pegunungan baik melalui sungai maupun melalui daratan. Asia Tenggara. Pendatang baru ini di Indonesia disebut dengan Deutro Melayu yang mendesak Proto Melayu. Secara Geografis Indonesia sejak dalam zaman dahulu kala dalam arti apapun tidak pernah merupakan suatu daerah tertutup dan terpisah dari daratan Asia. Inilah yang menyebabkan timbul gagasan untuk mempersatukan Indonesia dan guna melaksanakan hal tersebut dibangunlah Angkatan Perang y ang kuat dan secara berturut-turut dapat menduduki negeri Melayu dan juga merebut hegemoni di lautan Asia Tenggara. Dengan demikian sampai adanya pengaruh dan kedatangan bangsa Asia lainnya dapatlah dikatakan bahwa satusatunya jalan dalam mepertahankan komunikasi antar suku/daerah telah berlangsung melalui laut dengan kibat yang logis perkembangan secara wajar dari teknologi menguasai alur pelayaran di satu pihak dan lain pihak perkembangan dari sarana dan wahana untuk dapat bertahan di lautan itu sendiri. Kekosongan kekuasaan di laut Asia Tenggara akibat keruntuhan kerajaan Funan telah dipergunakan sebaik-baiknya oleh Sriwijaya dalam membangun Angkatan Lautnya untuk penguasaan laut. Tindakan positif tersebut dilancarkan dengan tujuan menghindari jangan sampai posisi ekonomi Demak terjepit sehingga mengakibatkan merosotnya peranan politik internasional dalam gelanggang percaturan hegemoni di Asia Tenggara.

Dengan perhitungan-perhitungan itu pada tahun 1377 Majapahit mengirim kembali Laksamana Nala untuk menyerang dan menduduki Tumasik sehingga demikan tak mungkinlah penguasaan jalan dagang itu lepas dari tangan Majapahit. Dari peristiwa-peristiwa tersebut di atas jelaslah bahwa peri kehidupan rakyat Sriwijaya sebagai pelaut dan pedagang dengan dengan tidak meninggalkan kepercayaan yang dianutnya yakni agama Buddha Mahayana yang seduai dengan jiwa mereka yang dinamis, karena mereka percaya bahwa untuk mencapai kesempurnaan mereka harus banyak melakukan perbuatan-perbuatan seperti berniaga, berlayar, berperang untuk keadilan dan merantau, sehingga sudah sewajarnya tidak da peninggalan-peninggalan kerajaan Sriwijaya yang besar-besar seperti candi-candi atau bangunan-bangunan suci lainnya seperti lazimnya peninggalan-peninggalan kerajaan-kerajaan di Jawa, karena mereka lebih senang pergi berlayar dan berdagang dengan negara-negara tetangganya seperti India, Siam, China dan daerah-daerah Indonesia lainnya daripada tinggal tinggal diam di daerahnya. Lebih lanjut teori itu menyebutkan bahwa kemudian kira-kira 300 tahun S.M. Bangsa Indonesia bukan hanya mahir melayari lautan-lautan tetapi juga mempunyai industri maritim yang menghasilkan kapal-kapal yang cukup besar untuk zaman itu. Majapahit belum berhenti sampai di sini, negara-negara di semenanjung Melayu lainnya seperti Pahang, Johar, Patani, Kelantan, Trengganu dan Kedah kembali ditundukkan dan seluruh Indonesia timur dengan cepat pula dimasukkan dalam wilayah Majapahit. Ini yang merupakan ciri khas dari jiwa pelaut, sehingga sering diungkapkan dalam syair atau pantun yang menggambarkan betapa melekatnya jiwa pelaut bagi seseorang yang selalu berkecimpung di laut, bahkan dengan perahu layar dan alat-alat yang sangat sederhana mereka mengarungi lautan luas dan penuh bahaya dalam perantauannya ke berbagai pulau. Majapahit hanya mengirim utusan ke pulau-pulau atau negeri-negeri itu untuk memungut upeti dan pada saat tertentu raja tanah seberang atau wakil-wakil mereka harus datang ke Majapahit untuk memperlihatkan kesetiannya.